Selamat Ulang Tahun, Cinta

Foto: Effendy Wongso, Model Ilustrasi: Nasly Perosyah

“Tapi….”

Waktu itu Aretha tidak mau berkompromi. Usia dini masa SMP baginya bukanlah alasan kalau cinta itu dijadikan sebentuk konsekuensi akil-balig dan pencarian jati diri remaja. Cinta adalah sesuatu yang harus dibina dengan keseriusan. Tidak ada backstreet. Tidak ada cinta monyet. Makanya, diputuskannya untuk mengakhiri hubungannya yang singkat dengan Agung Sasmita, yang kala itu dianggapnya tidak memiliki pendirian dan masih terkekang orang tuanya.

Namun sang waktu mempertemukan mereka kembali. Sebagai siswa berprestasi di sekolah, Aretha mendapat prioritas beasiswa di SMA Teladan Bangsa Jakarta sehabis menamatkan SMP-nya. Tapi, siapa nyana ia dapat bertemu kembali dengan cinta pertamanya di Jakarta. Barangkali sang waktu ingin kembali menguakkan luka lama di hatinya. Barangkali sang waktu tidak ingin seorang Margaretha Zalianty melupakan masa lalunya yang pahit. Ah, entahlah. Ia sendiri tidak tahu!

Dan barangkali bukan kebetulan kalau ia akhirnya bertemu dengan cowok itu lagi, justru di rumah pondokannya di Jakarta. Luka lama itu kembali menguak begitu Agung Sasmita hadir di rumah pondokannya suatu hari. Dan ia hadir sebagai anak sulung Ibu Maya, pemilik rumah pondokan tersebut.

***

“Aku ingin bicara, Al!”

“Ada apa sih, Tha? Aku sibuk, nih.”

Aretha menarik lengan Alya yang hendak meneruskan kewajibannya mengamanati perintah putra sulung Ibu Maya, Agung Sasmita. Tentu saja anak-anak penghuni pondokan yang didominir seratus persen cewek itu tidak bisa menolak. Selain karena tidak enak hati, Agung yang punya wajah cool mirip Nicholas Saputra itu sebenarnya juga diidolai nyaris satu penghuni pondokan.

Sayang Agung jauh-jauh hari sudah memploklamirkan kalau Margaretha Zalianty merupakan calon pendamping hidupnya kelak. Jadi. anak-anak cewek penghuni pondokan yang rada-rada genit tersebut hanya bisa ngiri. Tapi sebetulnya tidak tepat-tepat begitu. Yang paling mengandili antusiasme mereka bantu-bantu, karena Agung yang bertugas menagih uang bulanan sewa kamar pada anak-anak cewek sering ngasih kelonggaran bagi mereka yang terlambat dapat ‘kiriman’ dari daerah.

“Alya! Ini penting!”

“Acara ini lebih penting. So, tolong jangan recoki kesibukan aku lagi, ya?”

“Al, please! Aku tidak mau kalian pada bikin acara norak begini untuk aku!”

Alya terlongong. Beberapa cewek yang mendengar ‘pertengkaran kecil’ itu mengalihkan perhatian mereka dari oven-kue. Aulia malah sudah mendekat ke arah sumber keributan.

“Ja-jadi, kamu sudah tahu kalau acara siang nanti adalah pesta ultah kamu, Tha?!”

“Sori, Al. Bukannya aku tidak menghargai niatan kalian, tapi tolong hargai juga dong hak aku untuk menolak segala kebaikan Agung!”

“Lho, memangnya Agung salah apa sama kamu sehingga antipati begitu?”

Comment