Tatiana, Dimensi Lain Sang Waktu

Tatiana menghela napas panjang. Alam seperti telah menghukum mereka, generasi dari para pendosa yang terbuang dari Taman Eden setelah memakan Buah Terlarang atas hasutan seekor ular batil!

“Kakak….”

Ia menoleh ke arah asal suara itu. Bocah yang menyemuminya tadi kini melangkah setindak ke sampingnya. Sebuah bangku satu setengah meter tidak terlalu jauh untuk mengajak sepasang kaki kecil itu melangkah.

“Halo,” sambutnya, mendelik-delikkan matanya seperti boneka mainan.

“Kakak, siapa ya nama tokoh kartun di dalam gambar baju Kakak ini?”

Ibu dari bocah perempuan itu tersenyum, mengangguk kepadanya. Mengawasi anaknya dengan mawas. Tatiana membalasnya juga dengan satu anggukan pada kepala.

“Oh. Namanya, Winnie The Pooh.”

“Winnie The Pooh?”

“He-eh. Tokoh beruang yang lucu. Eh, nama kamu siapa?”

“Hani.”

“Udah sekolah Hani?”

“Udah. Nol Besar.”

“Wah, pinter.”

“Iya. Tapi, Hani nggak suka sama temen-temen cowok!”

“Kenapa?”

“Nakal-nakal. Usil. Suka gangguin Hani.”

“Nakal bagaimana?”

“Masa mereka suka ledekin Hani Botak, Kak! Hani kan malu! Hani sedih! Padahal, Hani kepingin banget punya rambut panjang seperti Barbie!”

Tatiana terkesiap. Apakah semua ini, nasibnya dan nasib yang dialami bocah perempuan bernama Hani itu merupakan predestinasi dari langit untuk mereka?!

Ia menggeleng. Ia sendiri tidak tahu!

Comment