DUAARRRRRT!
Kezia merasakan gemuruh berdentam di atas kepalanya. Ia lunglai dan tubuhnya melimbung seketika. Ditahannya sekuat mungkin air mata yang meruap di pelupuk matanya dengan kerongkongan memerih. Toples kue nastar yang akan diserahkannya kepada Rudi terjatuh, dan isinya terburai berantakan. Kezia tidak menjawab apapun dan langsung meninggalkan tempat kejadian. Tangisnya meledak, tak mampu dibendungnya lagi.
“Kezia, kamu tidak apa-apa?” tanya Mamanya Rudi prihatin, separo berteriak dan berusaha mengejar Kezia yang sudah membuka pintu mobilnya.
***
Buku harian tempat pencurahan hatinya itu kembali terisi….
‘Aku hanya budak cinta yang gemuk. Pacarku pergi meninggalkan aku karena aku gemuk. Padahal, gemuk itu alamiah dan merupakan proses pertumbuhan yang tak dapat aku elakkan. Namun, ia tidak bisa menerimanya. Percuma saja aku hidup karena kalaupun aku kurus, aku tidak bisa meraihnya kembali. Selamat tinggal!’
Dengan wajah sembap dan berurai air mata, Kezia mengambil sebilah pisau silet dari toilet. Diletakkannya mata pisau silet di atas pergelangan tangan kirinya. Bermaksud memotong urat nadi yang mengalirkan darah di sana. Dan baru saja ia hendak mengiris urat nadinya, tiba-tiba Olive masuk mementangkan pintu kamarnya….
Biodata Penulis:
Mariska Tracy, lahir di Jakarta, 25 Mei 1986. Wanita yang lebih akrab disapa Mariska Uung sedari SD sudah senang menulis. Ia menulis apa saja, tetapi lebih suka menulis fiksi. Mantan jurnalis di Majalah Gadis ini merupakan lulusan manajemen pemasaran di IBII Jakarta. Cerpen-cerpennya sudah tersebar di seantero media Tanah Air. Salah satu cerpennya, Cinta Bukan Perkara Gemuk atau Langsing menuai banyak pujian dari pengamat sastra nasional. Cerpen ini juga salah satu cerpen dalam antologi cerpennya, Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup yang diterbitkan Elex Media Komputindo, Jakarta.
Comment