MEDIAWARTA, MAKASSAR – Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) menjadi elemen penting dalam perekonomian negara, bahkan keberadaannya disebut sebagai mesin pertumbuhan ekonomi.
Di Indonesia, UMKM memiliki daya tahan tinggi yang mampu menopang perekonomian negara, bahkan saat terjadi krisis global.
UMKM menjadi bagian integral dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat, terdapat 64,2 juta unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia pada 2021.
Kontribusinya terhadap PDB cukup besar, yakni mencapai 61,07 persen atau senilai 8.573,89 triliun rupiah.
Usaha mikro kecil menengah menyerap lebih kurang 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi.
Berdasarkan proyeksi Bank Dunia Tahun 2023, dalam tiga tahun ke depan, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh lebih dari 0,1 persen setiap tahunnya.
UMKM sebagai penggerak ekonomi Indonesia diproyeksikan akan bertambah mencapai 83,3 juta pelaku pada tahun 2034.
Ini menjadi sebuah peluang bagi pengembangan UMKM untuk terus mampu berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Namun di satu sisi, UMKM kerap menghadapi tantangan, terutama dalam hal peningkatan kapasitas dan akses modal pembiayaan.
Sayangnya, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki pada September lalu mengatakan, mayoritas pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) belum memenuhi syarat untuk mengakses pinjaman perbankan (unbankable).
“Sebagian besar Para pelaku UMKM kita masih unbankable sehingga BI mencatat 69 persen pelaku UMKM masih membiayai usahanya dengan modal sendiri, modal keluarga atau mertua, kalau kaya mertuanya,” kata Riski Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel
Oleh karena itu, dukungan pengembangan ekosistem UMKM diperlukan, baik dari perbankan maupun non-perbankan, agar usaha ultramikro, mikro, kecil, dan menengah dapat tumbuh berkembang dan naik kelas.
Naik Kelas Bersama Pegadaian
Secara umum, UMKM mengharapkan adanya peluang pembiayaan yang memiliki kemudahan akses, persyaratan yang ringan dan mudah, prosedur sederhana, waktu perolehan yang cepat, dan ketetapan bunga angsuran yang ringan.
Tak hanya itu, tidak sedikit pelaku UMKM yang juga menginginkan pembiayaan yang berlandaskan prinsip Syariah sehingga lebih berkah karena terhindar dari riba.
Dalam hal ini, Pegadaian Syariah hadir sebagai alternatif solusi bagi persoalan keterbatasan modal yang merupakan permasalahan utama UMKM dalam upaya pengembangan usahanya.
Pegadaian Syariah merupakan unit usaha dari PT Pegadaian milik pemerintah yang merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank di Indonesia yang memiliki produk layanan berupa tabungan, pembiayaan syariah, dan jasa lainnya.
Produk-produk yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah berlandaskan akad syariah dan melalui proses persetujuan dari Dewan Syariah Nasional (DSN).
Kisah tentang kemudahan dalam menggunakan produk Pegadaian Syariah ini turut dialami oleh Ayu Budiani (32), warga kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.
Pemilik usaha Pasar Online Makassar ini telah menjadi nasabah Pegadaian Syariah cabang cendrawasih sejak 2020 silam.
Ia ikut pernah ikut dalam program Pegadaian Syariah Cicil Emas dan juga menggunakan produk investasi tabungan emas.
Pernah suatu ketika, ia mendapatkan pesanan dari sebuah perusahan Swasta, namun kala itu ia terkendala terbatasnya modal.
Pernah pula suatu ketika ia mendapat pesanan Buah Mangg Harum manis 1 Ton dari pelanggannya namun juga terkendala biaya modal.
Akhirnya ia pun memanfaatkan layanan dari Pegadaian Syariah, yakni layanan gadai (Rahn), untuk mencari tambahan modal guna memenuhi pesanan itu.
“Seringnya kalau ada keperluan mendadak seperti ada pesanan yang perlu tambahan modal,” Ungkap Ayu
Ayu mengetahui, layanan gadai (Rahn) dari Pegadaian Syariah bisa menggunakan berbagai marhun (jaminan) seperti emas, kendaraan, barang elektronik hingga tabungan emas.
Ayu sendiri biasanya menggunakan tabungan emas miliknya sebagai jaminannya, setelah pesanannya selesai ia langsung menebusnya kembali.
“Biasanya itu gadai tabungan emas, tapi kemudian besoknya itu sudah ditebus lagi begitu,” kata Ayu.
“Tabungan emas ini bermanfaat, jika perlu dana darurat bisa digunakan tanpa perlu menjualnya, karena bisa jadi jaminan untuk gadai,” sambungnya.
Ia merasa sangat terbantu dengan adanya produk Rahn dari Pegadaian Syariah karena mu’nah (jasa pemeliharaan/penjagaan) yang ditawarkan sangat kecil yakni hanya 0,49 persen per 10 hari.
Berkat Pegadaian Syariah, usaha supplier sayur dan buahnya yang terletak dikota Makassar itu bisa terus tumbuh dan turut menghidupi dua karyawannya.
Ia berharap, kedepannya Pegadaian Syariah bisa terus membantu memudahkan kebutuhan masyarakat, terutama kaum ibu-ibu sepertinya yang memiliki usaha mikro.
Tak hanya itu, ada Ani Tobelo menggunakan layanan jasa peminjaman usaha KUR Syariah untuk membantu mengembangkan usaha menjahit rumahan.
Usaha itu telah dirintis Ani sejak masa kuliah hingga sampai sekarang saat ini ia berumur 40 tahun.
Usaha Ani boleh jadi hanya sekadar menjahit rumahan, namun omzet pendapatan dari usahanya itu terbilang cukup lumayan. Apalagi dengan mengahasilkan berbagai jenis pakaian yang diinginkan pelanggannya.
Pernah saat sedang ramai-ramainya, omzet pendapatan dari menjahit ini mencapai Rp8 juta dalam satu bulan.
“Jadi seminggu itu saya bisa membuat 2 sampai 4 baju untuk kepesta seperti kebaya, safari, bahkan kalau ada yang memesan seprei itu juga bisa jadi sampai 5 dalam seminggu.” Tuturnya
“Usaha ini kan dikelola pribadi dan lebih seringnya memang secara online meski offline juga jalan. Ya namanya usaha itu pasti memang ada pasang surutnya. Tapi alhamdulillah kita terus bertahan hingga sejauh ini,” kata dia.
Sebelum mengenal Pegadaian Syariah, Ani dulunya juga pernah menjadi nasabah berbagai bank swasta ternama.
Namun dari pengalamannya itu, ia mengaku Pegadaianlah yang paling ringan untuk cicilannya dan menurutnya cocok digunakan untuk para pelaku usaha mikro kecil menengah.
“Sangat membantu, Pegadaian itu lebih ringan daripada tempat lain. Saya pernah jadi nasabah di berbagai bank swasta. Pernah juga bekerja di perusahaan jasa keuangan dan itu memang saya rasakan benar murahnya Pegadaian ini,” kata Ani
Sementara itu, kisah lain yang sedikit berbeda dialami oleh Sri Hartati (46) warga Malino, Sulsel.
Sri yang sehari-hari menjalankan usaha produk oleh-oleh khas Malino Kota bunga ini menggunakan produk Pegadaian Syariah Cicil Kendaraan.
Kendaraan itu bukan untuk dirinya, melainkan untuk putri keduanya yang hendak melanjutkan pendidikan di sebuah Universitas ternama di Makassar.
Semenjak suaminya meninggal, Sri berjuang sendirian untuk untuk menghidupi dua putrinya.
Dulunya, ia sering mengantar jemput putrinya untuk pergi ke sekolah.
Namun kesibukannya membuat ia terkadang kerepotan sehingga kawalahan saat mengantar-jemput anaknya.
Alhasil, ia pun memutuskan untuk membelikan kendaraan saat bertepatan di akhir masa-masa SMA anaknya pada 2021 silam.
Sebelum mengenal produk Cicilan Kendaraan, Sri sempat melakukan survei di sejumlah Leasing.
Karena tak cocok, ia mencoba untuk bertanya kepada Pegadaian Syariah di dekat rumahnya, di Cabang UPC Mallino.
Saat itu, dirinya hanya memiliki uang Rp12 juta dan uang itu pun ia gunakan untuk melakukan down payment atau DP untuk diserahkan kepada Pegadaian
“Saat itu saya bingung, kan mau kredit kendaraan karena anak saya mau kuliah, terus kalau saya survei ke sejumlah leasing ternyata biayanya tinggi, terus saya tanya-tanya di Pegadaian yang biasanya saya datangi juga itu,” kata Sri
“Saya ngambil DP 12 juta, terus sisanya itu pinjaman Rp10 juta dari Pegadaian. Itu saya cicil dua tahun dan ternyata tidak sampai dua tahun sudah lunas,” tuturnya.
Berkat produk Cicilan Kendaraan itu, ia lebih tenang dan tak kerepotan dalam menjalankan usaha oleh-oleh miliknya, karena tak perlu mengantar-jemput anak lagi.
Sebelum menggunakan produk Cicilan Kendaraan, Sri juga sering menggunakan layanan gadai (Rahn) dari Pegadaian Syariah untuk menambah modal usahanya.
Komitmen Pegadaian Syariah untuk UMKM
Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Makassar, Edwin S. Inkiriwang menerangkan, pegadaian syariah sangat mendukung pertumbuhan UMKM dengan memberikan solusi pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti pembiayaan mudharabah atau murabahah.
Tak hanya sekadar membantu dalam hal pembiayaan, Pegadaian Syariah juga melakukan bimbingan dan pelatihan kepada pelaku UMKM untuk meningkatkan pemahaman bisnis dan manajemen keuangan sesuai dengan nilai-nilai syariah.
“Ini memungkinkan UMKM untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha yg sesuai dengan prinsip syariah. Pegadaian Syariah berkomitmen untuk mendukung pengembangan usaha kecil menengah dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai syariah,” katanya
“Upaya ini membantu memperkuat dan mendukung pertumbuhan sehat UMKM dalam ekosistem yang sesuai dengan prinsip syariah. Salah satu contohnya adalah dengan adanya produk arrum express loan (KUR syariah) yang memudahkan akses modal bagi pelaku UMKM yang belum bankable,” kata Edwin.
Seperti diketahui, PT Pegadaian Kanwil VI Makassar mencatatkan kinerja positif pada semester I tahun 2024 dengan mencetak laba bersih sebesar Rp633,3 Miliar. Pencapaian ini tumbuh 51,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 417,3 Miliar.
Outstanding pinjaman pun tumbuh 22,79 persen dari Rp 7,2 triliun pada Juni 2023 menjadi Rp 8,9 Triliun di Juni 2024. Sementara Non Performing Loan (NPL) berhasil ditekan di angka 0,76 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1,13 persen.
Selain itu penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) juga ditarget bisa menembus Rp300 miliar pada paruh kedua ini.
“pembiayaan yang paling banyak disalurkan masih didominasi oleh gadai sebesar 70% kemudian sisanya pembiayaan seperti Amanah untuk kendaraan bermotor dari sejumlah perusahaan.”Jelas Edwin
Kemudian ada juga penyaluran pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) syariah, yang terus ditingkatkan setiap tahunnya untuk mendorong perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dia mengakui pembiayaan syariah akan terus mengalami peningkatan kedepannya, karena literasi keuangan masyarakat termasuk di ekosistem syariah juga terus bertambah.
“Buktinya nasabah pembiayaan kami tidak hanya muslim saja tetapi juga banyak dari kalangan nonmuslim. Artinya siapa saja bisa mengakses dan menggunakan ekosistem syariah dalam mendorong perekonomian di Indonesia,” ungkapnya.
Ia berharap, kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi lokal terus berkembang dan memberikan dampak positif yang signifikan.
“Kita akan terus mendorong agar UMKM mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, mendukung inovasi, dan berkontribusi pada pemerataan ekonomi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan, Darwisman mengatakan Otoritas Jasa Keunagan (OJK) mencatat jumlah pelaku usaha pergadaian swasta selama periode Agustus 2024 terus meningkat. Meski begitu kinerja industri ini juga tampak selaras dengan peningkatan perusahaan.
“perkembangan perusahaan pergadaian justru menguat pada masa pandemi covid-19 hingga saat ini. Menurutnya, ini disebabkan kebutuhan layanan jasa gadai sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah dan UMKM untuk mendapat pinjaman yang cepat dan mudah.” Ungkapnya
Sementara dari sisi risiko usaha bagi perusahaan pergadaian sebagai pemberi pinjaman, relatif dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan, mengingat barang jaminan gadai berada dalam penguasaan perusahaan,” tandasnya.
Comment