MEDIAWARTA.COM, MUNA, SULAWESI TENGGARA – Setelah menaklukkan jalur perbukitan yang terjal dan penuh semak-semak, tersajilah lanskap alam yang menawan saat penulis tiba di puncak bukit di sisi barat Danau Napabhale di Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Kamis (29/6/2017).
Keindahan Danau Napabhale menjadi bukti tak terbantahkan akan kebesaran dan keagungan Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Di atas puncak, angin sepoi-sepoi mengibas-ngibas kulit. Dari atas, terpampang dua buah danau yang berdampingan. Air danau berwarna kehijauan. Satu buah danau berbentuk hati. Satu danau lainnya lonjong. Di dekat kedua buah danau itu, terdapat Pantai Pasir Putih, orang Lohia menyebutnya. Laut lepas terlihat dari kejauhan.
Dari Raha, Ibu Kota Kabupaten Muna, Danau Napabhale berjarak sekitar 20 km. Durasi perjalanan hanya 40 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Akses ke lokasi terbilang mudah meski beberapa titik ditemui jalan berlubang dan jalan yang sedang diperlebar.
Terdapat terowongan yang menghubungkan antara danau air asin ini dengan laut lepas. Jika air sedang surut, pengunjung dapat menyewa perahu tradisional yang disebut Katinting untuk menyusuri terowongan hingga menjumpai laut lepas.
Di tepi sebelah barat danau, beberapa perahu berjejer. Sebenarnya, perahu yang disewakan untuk mengangkut wisatawan ini adalah dua buah perahu yang digabungkan menjadi satu. Untuk melindungi penumpang dari terik matahari, pada bagian atas perahu terdapat penutup berupa terpal.
Pemilik perahu tampak sedang menawarkan kepada calon penumpang yang akan menyeberang ke Pasir Putih. Tarif sekali menyeberang sebesar Rp50 ribu. Adapun jika ingin menyusuri terowongan, penumpang membayar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Bila ingin ke Pasir Putih, pulang pergi, penumpang merogoh kocek sebesar Rp300 ribu. Sekali menyeberang, perahu dapat memuat hingga 10 orang penumpang. Sejumlah itulah, para penumpang patungan membayar ongkos jasa penyeberangan.
Arwin, salah seorang pemilik perahu sewaan menjelaskan, jumlah wisatawan pada momen liburan Idul Fitri 1438 hijriah tahun ini menurun dibanding tahun lalu. “Soalnya ada lokasi wisata yang baru, yaitu Pantai Meleura. Ini yang membuat wisatawan terbagi,” kata Arwin.
Pantai Meleura sendiri lokasinya tak terlampau jauh dari Napabhale. Lokasinya juga berada di Kecamatan Lohia.
Arwin berharap, Pemerintah Daerah Kabupaten Muna melengkapi fasilitas di Napabhale agar makin banyak pengunjung yang datang pengunjungnya.
Meski jumlah wisatawan berkurang,namun ia tetap bersyukur. Ia mengaku, dalam sehari rerata penghasilan pemilik perahu di atas Rp1 juta. “Yang paling banyak penghasilannya adalah yang punya perahu ukuran lebih besar,” ucapnya.
Di kala pagi, air danau masih surut. Disaat siang hingga sore hari, air mulai pasang, sehingga perahu tak bisa menyusuri terowongan menuju laut lepas.
Bila wisatawan tak membawa makanan dan minuman, banyak penjual yang menjajakan dagangan. Tersedia minuman berupa kopi, teh, air mineral, maupun minuman kemasan. Makanan yang dijual diantaranya jagung muda, mie instan, dan snack ringan.
Tidak hanya Danau Napabhale, spot wisata menarik yang dapat dikunjungi di Kabupaten Muna yaitu Pantai Meleura. Adapula gua dimana di dindingnya terdapat gambar yang dilukis oleh manusia zaman pra sejarah yang bernama Liang Kobori. Juga terdapat mata air dan pemandian Motonuno.
Ilmaddin Husain
Melaporkan dari Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara
Comment