Arwah yang Suka Bernyanyi

Foto: Shutterstock

Pak Wibisono cepat bergeser dari posisinya sambil mengedarkan pandangan. Benar, para tamu telah selesai dengan hidangan penutup. Ia berjalan menuju ke sudut kosong, menepuk tangan beberapa kali untuk meminta perhatian para tamu.

Para tamu serentak memandang ke arah Pak Wibisono dan menghentikan kesibukannya masing-masing.

“Bapak dan ibu sekalian….” Pak Wibisono membuka suara. Tapi suaranya tertelan kembali manakala tiba-tiba terdengar suara amat berisik dan lantang dari balkon.

Serentak semua mata memandang ke atas. Seorang gadis manis berada di balkon, menari berputar-putar sambil bernyanyi-nyanyi sembarangan dengan suara keras dan melengking.

“Mila!” Ibu Wibi dengan panik berseru ke arah putrinya.

Miko untuk sesaat seperti takjub dan terpesona melihat kelakuan adiknya itu.

Namun ketika teriakan dan pelototan Ibu Wibi tak juga menghentikan keanehan Karmila, dengan cepat Miko berlari menaiki anak tangga untuk mendapatkan adiknya.

“Mila! Apa-apaan kamu?! Tidak tahu malu! Siapa suruh kamu ngasih hiburan?”

Miko mendorong tubuh adiknya, menjauh dari pagar balkon agar Karmila tak terlihat orang-orang lagi dari bawah.

Karmila mendadak menghentikan gerakan dan nyanyiannya. Ia menatap saudara tuanya dengan pandangan beringas.

Tanpa sadar Miko melangkah mundur. Ini untuk pertama kalinya ia memperoleh sikap adiknya yang begitu aneh. Mata itu begitu buas dan penuh ancaman!

“Mila! Kamu kenapa?” Tiba-tiba Miko merasa cemas.

Tak ada jawaban, melainkan teriakan dengan irama yang menyakitkan telinga. Sebuah nyanyian, lagu anak-anak dengan nada yang amat sumbang.

“Pelangi-pelangi… alangkah indahnyaaaa….”

Terdengar tawa dan tepuk tangan dari bawah. Terdengar suara Ibu Wibi meminta maaf. Memalukan sekali! Miko bergerak mendekap mulut Karmila, namun Karmila semakin meronta bahkan menggigit telapak tangan kakaknya. Pada saat keduanya masih bergumul, Pak Wibisono telah pula sampai di atas.

Ada apa? Apa maunya kamu, Mila?!”

Pak Wibisono menghardik, berusaha menutup rasa malunya terhadap tamu-tamunya dengan mengeluarkan suara amarah yang tak kalah lantangnya.

“Mendadak dia kayak kerasukan setan, Pak. Tangan saya malah digigitnya!” Miko yang menjawab sambil terus memegangi tubuh adiknya. Sementara itu Karmila terus bernyanyi dan semakin ngawur.

Plak!

Di luar dugaan, Pak Wibisono menampar pipi putrinya dengan cukup keras. Miko sempat tercengang melihat tindakan ayahnya. Tapi ia lebih terkejut lagi ketika melihat tubuh Karmila mendadak mengejang dan mendadak pula terkulai. Miko dengan sigap memeluk tubuh adiknya sebelum terjatuh.

Hanya beberapa detik tubuh Karmila terkulai tak berdaya. Dalam waktu yang amat singkat, mata Karmila yang semula terpejam telah terbuka. Beberapa kali mata itu terkerjap. Karmila menampakkan ekspresi kebingungan.

“Lho? Ada apa ini?” Karmila meronta dari pelukan kakaknya.

Comment