MEDIAWARTA, GOWA – Samata Green House (SGH) yang didirikan oleh dua saudara, Andi Fathur Radhy dan Nur Al Fauzan di Samata, Kabupaten Gowa, telah menjadi pionir dalam pertanian modern berbasis hidroponik di kawasan Timur Indonesia.
Dengan lahan seluas 16 x 50 meter persegi, SGH dengan sentuhan Artificial Intelligence (AI) dan energi hijau, menerapkan metode Nutrient Film Technique (NFT) yang efisien, menghasilkan hingga 1,5 ton sayuran daun dan buah per bulan dari 15.000 lubang tanam dalam tiga greenhouse.
“Kami berusaha memaksimalkan produktivitas lahan tanpa mengorbankan kualitas,” ungkap Fath, pemilik SGH, dalam wawancara pada Senin (11/11/2024).
Menurutnya, pendekatan ini memungkinkan produksi besar meski menggunakan ruang yang terbatas, menjadikan SGH sebagai percontohan dalam pertanian perkotaan.
Untuk memperluas jangkauan pasar, SGH membangun jaringan dengan mitra ritel dan konsumen langsung. Fath menjelaskan bahwa kolaborasi ini bertujuan meningkatkan posisi tawar para petani sekaligus menyediakan produk segar dan berkualitas kepada konsumen.
“Kami berupaya menciptakan ekosistem pertanian yang mendukung kesejahteraan semua pihak, baik petani maupun konsumen,” tambahnya.
Komitmen SGH terhadap keberlanjutan tercermin dari penerapan energi terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkekuatan 5.800 volt untuk mendukung operasional.
Dengan memanfaatkan tenaga surya, SGH berhasil menekan biaya dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Langkah ini penting agar pertanian tidak hanya efisien, tapi juga ramah lingkungan,” jelas Fath.
SGH juga dilengkapi dengan teknologi canggih AIoT Smart Eco, sebuah kombinasi kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) yang dinamakan SKYPIAN.
Teknologi ini memantau kondisi lahan dan tanaman secara otomatis untuk memastikan pertumbuhan optimal.
“Dengan AI dan IoT, kami dapat mengelola pertanian lebih presisi, meningkatkan efisiensi, dan menghadapi tantangan industri pertanian modern,” ungkap Fath.
Selain itu, SGH aktif mengedukasi masyarakat lewat program Edufarming, yang menawarkan pelatihan dan bimbingan tentang pentingnya pertanian berkelanjutan.
Melalui program ini, SGH mengajak masyarakat untuk memahami dan menerapkan teknologi modern dalam bidang pertanian.
Setelah lima tahun beroperasi, SGH terus berinovasi, termasuk dalam ketahanan pangan nasional.
Pada 2024, SGH berencana mengembangkan pertanian sirkular melalui proyek Smart Farming untuk budi daya cabai khas Sulawesi Selatan, Cabe Katokkon, sebagai dukungan terhadap Gerakan Nasional Inflasi Pangan Bank Indonesia.
Dengan berbagai inovasi ini, SGH berharap menjadi inspirasi bagi petani dan masyarakat untuk mengadopsi metode pertanian yang lebih ramah lingkungan dan inovatif.
Comment