Makassar Masih Menjadi Kutub Pertumbuhan Ekonomi

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Makassar masih menjadi kutub pertumbuhan ekonomi di Sulsel. Peranannya terhadap ekonomi Sulsel mencapai 33,12 persen. Hal itu terungkap pada workshop yang membincangkan perekonomian Kota Makassar semester pertama 2016.

Acara menghadirkan pembicara Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Ekonom Kementerian Keuangan RI Hamid Paddu, Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan BI Sulsel Miyono, dan Direktur Celebes Research Center (CRC) Herman Heizer di Makassar Golden Hotel (MGH), Jalan Pasar Ikan, Makassar, Kamis (23/6/2016) kemarin.

Menurut Miyono, Makassar mampu menjadi kutub pertumbuhan ekonomi (growth pole) Sulsel karena didukung sejumlah faktor. Letak geografis Makassar yang strategis untuk mendukung mobilitas sektor perdagangan, menjadi salah satu kekuatan ekonomi Makassar.

Selain itu, Makassar telah sukses membangun city branding sebagai gerbang perdagangan kawasan timur Indonesia (KTI), ditambah infrastruktur distribusi yang tersedia dengan jumlah dan kualitas yang memadai.

Disepakatinya berbagai mutual of understanding (MOU) dengan beberapa investor besar untuk mengembangkan perkotaan Makassar, juga menjadi penyumbang bagi kokohnya perekonomian Makassar.

“Makassar juga masuk dalam salah satu kota yang menjadi prioritas pengembangan infrastruktur hingga tingkat nasional dan provinsi melalui pendanaan dari APBN ataupun APBD,” terang Miyono.

Beberapa peluang kerja sama nasional dan internasional yang selama ini dijajaki Wali Kota Makassar, dalam kacamata Miyono turut berpengaruh terhadap posisi Makassar sebagai growth pole Sulsel.

Diakui, sejak menjabat dua tahun lalu (8 Mei 2014) berbagai terobosan dalam membuka peluang investasi dan kerja sama dengan investor kakap kerap dilakukan Ramdhan.

Sebut saja MOU di bidang Smart City dengan perusahaan komputer dunia, Microsoft. Beberapa kunjungan perwakilan dari negara-negara sahabat seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), Perancis, Australia, dan Belanda yang menjajaki berbagai peluang kerja sama dengan Pemerintah kota (Pemkot) Makassar. Sementara untuk dalam negeri, Ramdhan telah menandatangani kerja sama di antaranya dengan Bank BRI dan Telkom.

Dari catatan Miyono, proyeksi pertumbuhan ekonomi Makassar pada 2016 berkisar di angka 7,2 persen hingga 7,8 persen, dengan tingkat keyakinan konsumen dan penjualan eceran yang cenderung semakin meningkat. Sementara, inflasi yang relatif terkendali pada rentang empat persen plus minus satu persen tahun ini.

“Hal itu disertai PDRB kota Makassar yang cukup kuat. Dilihat dari R-squarednya pada aset (84,58 persen) dan kredit (82,16 persen),” jelas Miyono.

Di sisi investasi, Hamid menyampaikan kegiatan investasi di Makassar pada 2016, diperkirakan tumbuh dengan berlanjutnya proyek multiyears dan percepatan pelaksanaan lelang proyek. Adapun ekspor luar negeri Makassar diperkirakan membaik di tengah tren positif ekonomi negara-negara mitra dagang dan harga komoditas yang trennya membaik.

Dari gambaran pertumbuhan ekonomi Makassar, Ramdhan menilai Makassar adalah kota yang memiliki daya tahan. Di saat pertumbuhan ekonomi nasional (2016) berada di angka 5,0 pesen hingga 5,4 persen, Makassar justru mampu mencapai 7,2 persen hingga 7,8 persen. Harga komoditi seperti daging juga relatif terjangkau Rp 90 ribu-Rp 95 ribu per kilogram.

Novianti/Foto: Novianti

Comment