MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Selama ini, industri wisata memegang peran sentral dalam perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia. Meski kawasan Asia Pasifik masih mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, namun bisnis perjalanan wisata di wilayah ini terus bertumbuh.
Menurut lembaga riset internasional yang mendalami survei terkait wisata, Phocuswright Inc, meningkatnya jumlah kalangan ekonomi menengah yang menghabiskan belanja untuk perjalanan wisata, merupakan salah satu penyebab pertumbuhan tersebut. Faktor lainnya adalah pembangunan ekonomi kreatif yang berkelanjutan dan peningkatan suplai wisatawan mancanegara (wisman) maupun domestik untuk perjalanan wisata.
Hal itulah yang melatarbelakangi pemilik Natando Tour and Travel, Yuliana Wiwanto untuk merintis usaha travel di 2007 lalu.
Merunut ihwal berdirinya travel yang sudah berkembang menjadi dua cabang ini, yang masing-masing terletak di Jalan Gunung Latimojong sebagai kantor pusat dan outlet di Karebosi Link, Makassar, Accounting Natando, Tetty, menjelaskan, awalnya Natando bernama Nata.
“Nata diambil dari nama panggilan putra owner, tetapi karena sesuatu dan lain hal, maka tidak lama kemudian namanya diubah menjadi Natando,” bebernya saat ditemui belum lama ini di kantornya, Jalan Gunung Latimojong, Makassar.
Kelahiran Makassar, 8 Maret 1969 ini menjelaskan, Natando menyasar pasar umum, baik individual maupun grup (korporasi). Kami melayani keperluan perjalanan dengan pesawat udara, baik yang ingin berwisata atau sekadar ticketing (membeli tiket), tuturnya.
Program tour yang dijual pihaknya, sebut Tetty, fokus perjalanan ke kawasan Asia. “Rute destinasi yang kami jual antara lain ke Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, Tiongkok, dan negara-negara kawasan Asia lainnya,”paparnya.
Terkait omset order program tour pihaknya, Tetty enggan merinci pastinya. Kendati demikian, ia mengungkap dalam setahun ada sekitar 10 pesanan kolektif. “Kami tidak dapat menakar pastinya, sebab setiap destinasi tarif penerbangan maupun akomodasinya bebeda-beda. Tetapi, untuk individual ticketing, dalam sehari kami dapat menjual sekitar 20-50 lembar. Ini relatif, tergantung musim liburan juga,” urainya.
Ketika ditanyakan kendala terberat yang dihadapi selama menjalankan usaha di segmen pelesir, wanita yang hobi menyanyi dan traveling ini mengatakan hanya risiko rugi akibat pembatalan tiket konsumen. “Itu risiko yang harus kami terima. Tetapi, jarang juga kecuali fource major,” imbuhnya.
Untuk dapat eksis di tengah gempuran travel online yang kian menjamur, Tetty mengungkapkan, pihaknya memiliki strategi yang terbilang klasik, tetapi tetap berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.
“Kami selalu mengusung kualitas pelayanan yang baik. Ini hal penting agar pelanggan tetap menggunakan jasa perusahaan, bahkan menjadi loyal customer,” jelasnya.
Tetty menambahkan, hal itu juga yang belum dapat diikuti travel online. “Ini termasuk interaksi, kesigapan menyelesaikan masalah terkait complain ticketing pelanggan, dan lainnya. Kalau travel online, hal-hal tadi sulit didapatkan,” tutupnya.
Comment