MEDIAWARTA, MAKASSAR — Selama 25 tahun, Sunniati (44) setia mendorong gerobak bakso menyusuri sudut-sudut Jalan di kota Makassar.
Bersama sang suami, ia membangun usaha sederhana dari nol, mengandalkan rasa, kejujuran, dan ketekunan untuk mempertahankan nafkah keluarga di tengah persaingan usaha kuliner yang kian ketat.
Perubahan besar dalam perjalanan usahanya terjadi sejak 2016, ketika Sunniati bergabung sebagai nasabah Permodalan Nasional Madani (PNM) Cabang Makassar melalui program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera).
Dengan modal awal Rp2 juta, ia mampu menambah satu unit gerobak bakso. Kini, usaha baksonya berkembang menjadi tiga gerobak yang beroperasi setiap hari.
Menurut Sunniati, proses bergabung di PNM Mekaar terbilang mudah dan tidak memberatkan. Ia tergabung dalam kelompok Tidung Mawar 01 tanpa potongan administrasi, dengan sistem yang menekankan disiplin dan rasa tanggung jawab.
Pembayaran dilakukan secara mingguan bersama kelompok, dengan bunga rendah dan pencairan dana yang relatif cepat dibandingkan pinjaman konvensional di perbankan.

“Yang penting komitmen. Setiap minggu kami bayar bersama-sama di kelompok. Prosesnya tidak ribet dan sangat membantu usaha kecil seperti kami,” ujar Sunniati saat ditemui di depan rumahnya jalan Tidung 9, Kelurahan Mappala, Kecamatan Rappocini, Makassar, Kamis (11/12/2025) malam.
Dari tiga gerobak baksonya, ia kini mampu meraup omzet hingga Rp50 juta per bulan. Dalam sehari, penghasilan kotor bisa mencapai Rp600 ribu, bahkan menembus Rp1 juta saat kondisi ramai.
Kisah Sunniati menjadi potret nyata bagaimana akses pembiayaan inklusif mampu mendorong pelaku usaha ultra mikro untuk naik kelas.
Melalui pendampingan dan pembiayaan berkelanjutan, PNM Mekaar tidak hanya membantu permodalan, tetapi juga membuka harapan bagi perempuan pelaku usaha untuk lebih mandiri secara ekonomi dan berdaya dalam menghidupi keluarga.

Comment